Transformasi Sosial-Ekonomi Cina
Oleh : Arnon Makarios
Cina telah mengukuhkan diri sebagai salah satu kekuatan ekonomi paling tangguh di dunia. Pencapaian gemilang pembangunan ekonomi selama lebih dari tiga dekade terakhir memang spektakuler dan membuat kagum banyak negara.
Cina telah tumbuh menjadi raksasa ekonomi Asia Timur yang menggetarkan negara-negara maju. Kini poros kekuatan ekonomi dunia tidak lagi bertumpu hanya di benua Amerika dan Eropa. Cina di abad ke-21 adalah sebuah negara yang sukses melakukan transformasi sosial ekonomi amat fundamental yang membawa dampak global.
Proses transformasi berlangsung mulus ketika Cina mampu mengatasi pertikaian politik dan perseteruan ideologis akut yang menjelma dalam revolusi kebudayaan pada 1966-1976. Empat dekade silam, Cina masih terjebak dalam pertarungan ideologis antarfaksi politik yang amat keras dan selama bertahun-tahun mengisolasi diri dari pergaulan dunia.
Di bawah komando Mao Tse-tung, para penyokong Revolusi Kebudayaan melakukan propaganda massal untuk melawan ideologi kapitalisme dengan retorika khas: “kaum borjuis liberal yang menjadi watak dasar kapitalisme adalah bahaya bagi ideologi sosialisme.” Sejarah mencatat, pergolakan politik dan pertarungan ideologis ini menelan korban tiga juta orang tewas (mayoritas karena kelaparan dan kemiskinan akibat konflik panjang) dan merusak infrastruktur sosial ekonomi-politik sehingga nyaris lumpuh total.
Setelah Revolusi Kebudayaan berakhir, Cina perlahan mulai membuka diri dan berinteraksi dengan dunia luar secara politik dan ekonomi. Pergeseran ini merupakan gejala menarik sekaligus fenomena paradoksal. Cina adalah penganut setia ideologi sosialisme, tapi bersedia mengadopsi sistem ekonomi liberal dan menyerap nilai-nilai kapitalisme global.
Sejarah mencatat, Deng Xiaoping adalah tokoh yang sangat berjasa karena sukses memadukan elemen-elemen dua ideologi besar dunia tersebut menjadi persenyawaan baru, yang menjelma menjadi kekuatan dahsyat bagi Cina. Orang yang mendapat julukan capitalist roader oleh lawan politiknya ini adalah tokoh pragmatis yang menjadi pelopor reformasi ekonomi propasar melalui gagasan gaige kaifang (reforms and openness).
Dia mengambil langkah inovatif dengan mendefinisikan ulang dan melakukan reinterpretasi doktrin sosialisme dengan mengadaptasi elemen-elemen kapitalisme: pasar terbuka, investasi asing, dan perdagangan bebas. Untuk itu, Deng mengusung semboyan yang amat terkenal ” it does not matter if a cat is black or white as long as it catches mice.”
Deng secara cerdik mengambil manfaat sistem kapitalisme mengingat Cina memiliki potensi ekonomi sangat kaya: tenaga kerja murah, biaya transportasi dan komunikasi rendah, tarif perdagangan kompetitif, iklim investasi kondusif, dan berbagai jenis biaya transaksi ekonomi yang rasional.
Dikutip dari: http://news.okezone.com/read/2010/09/22/58/374624/58/transformasi-sosial-ekonomi-china dengan beberapa perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar